JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatatkan pertumbuhan signifikan pada total dana pihak ketiga (DPK) perbankan hingga November 2025, mencapai Rp9.217,9 triliun, tumbuh 8,5% secara tahunan (YoY). Lonjakan ini dipicu oleh meningkatnya tabungan masyarakat yang menembus Rp3.040,2 triliun, tumbuh 8,8% YoY, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 7,2% YoY.
Menurut laporan Perkembangan Uang Beredar BI, pertumbuhan DPK secara keseluruhan menunjukkan bahwa masyarakat semakin memilih menahan dananya di perbankan, khususnya melalui tabungan. “Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan tabungan sebesar 8,8% YoY, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,2% YoY,” tulis BI.
Tren ini menandakan perubahan perilaku masyarakat menjelang akhir tahun, di mana kebutuhan likuiditas dan keamanan dana menjadi prioritas, sementara penempatan di deposito mengalami pertumbuhan yang lebih lambat.
Dinamika Simpanan Giro dan Deposito
Meski pertumbuhan tabungan melonjak, simpanan giro dan simpanan berjangka tercatat tumbuh lebih lambat dibanding bulan sebelumnya.
Simpanan giro per November 2025 mencapai Rp2.939,3 triliun, tumbuh 12,8% YoY, sedikit menurun dibanding Oktober 2025 yang tumbuh 13,2% YoY.
Sementara itu, simpanan berjangka tumbuh 4,7% YoY mencapai Rp3.238,4 triliun, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 4,9% YoY. Perlambatan pertumbuhan pada kategori ini, menurut para analis, dipengaruhi oleh penurunan suku bunga deposito sehingga imbal hasilnya kurang menarik dibandingkan menabung di rekening tabungan atau giro.
“Ya karena pelambatan suku bunga turun. Satu memang ekonomi bergerak, orang lebih banyak bertransaksi ya tabungannya akan lebih dikedepankan,” tutur Frengky Rosadrian Perangin Angin, Retail Funding Division Head PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Kenaikan Dana Pihak Ketiga perorangan
Dari sisi golongan nasabah, BI mencatat bahwa kenaikan DPK sebagian besar disokong oleh DPK perorangan yang tumbuh 2,7% YoY menjadi Rp4.131,3 triliun, meningkat dibanding bulan sebelumnya yang hanya 0,8% YoY. Sementara itu, DPK korporasi tumbuh melambat dari 15,9% menjadi 14,7% YoY, dan DPK lainnya juga menurun dari 7,9% menjadi 6,3% YoY.
Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat individu lebih memilih menyimpan dana mereka dalam bentuk tabungan dan giro, dibanding menempatkannya pada deposito atau instrumen berjangka. Chief Economist PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menjelaskan bahwa perubahan ini mencerminkan dua dinamika utama.
“Pertama, meningkatnya preferensi likuiditas nasabah karena kebutuhan transaksi akhir tahun dan tanda-tanda perbaikan aktivitas usaha. Kedua, tren penurunan suku bunga membuat imbal hasil deposito kurang menarik dibandingkan rekening transaksi,” ujar Josua.
Indeks PMI-BI industri pengolahan yang berada di zona ekspansi serta Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan aktivitas industri kembali positif, menjadi indikator bahwa masyarakat membutuhkan fleksibilitas dana untuk transaksi dan konsumsi.
Fokus Perbankan pada Dana Murah
Menjelang akhir tahun, perbankan juga fokus menggalang dana murah melalui Current Account Savings Account (CASA). Menurut Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk., Lani Darmawan, kondisi likuiditas yang longgar membuat bank tidak agresif menawarkan bunga deposito.
“Dengan likuiditas yang tersedia di market, bank tidak mengambil langkah untuk membayar deposito sehingga tidak terlalu menarik untuk penempatan di deposito bagi nasabah,” jelas Lani.
Kombinasi sinyal aktivitas ekonomi yang membaik dan imbal hasil deposito yang kurang kompetitif, menurut Josua Pardede, menjadi alasan mengapa pertumbuhan tabungan dan giro diprakirakan lebih tinggi pada kuartal IV/2025 dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini menegaskan bahwa masyarakat cenderung memilih menahan dananya dalam bentuk tabungan likuid yang mudah diakses, seiring meningkatnya kebutuhan transaksi menjelang akhir tahun.
Tren ini juga memberikan gambaran bahwa likuiditas perbankan tetap sehat, sementara persaingan antarbank dalam menarik dana deposito mulai mereda. Ke depannya, pergeseran komposisi DPK ini diperkirakan akan terus memengaruhi strategi penghimpunan dana bank, khususnya fokus pada dana murah yang fleksibel dan mendukung transaksi masyarakat.