JAKARTA - Industri tekstil dan garmen Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah tantangan global.
Hal ini ditegaskan oleh Asosiasi Garment dan Tekstil Indonesia (AGTI) setelah audiensi dengan Menteri Ketenagakerjaan Yassierli di Kantor Kemenaker, Jakarta.
Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto, menekankan bahwa sektor ini tidak mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan, sejumlah perusahaan justru memperluas kapasitas produksi dan membuka pabrik baru.
“Tidak ada pemutusan hubungan kerja. Justru banyak perusahaan yang menambah kapasitas produksi, merekrut tenaga kerja baru, bahkan membuka pabrik baru. Artinya, industri tekstil dan garmen Indonesia terus tumbuh dan bergerak maju,” ujar Anne melalui rilisnya.
Strategi Perkuat Daya Saing Industri
Dalam pertemuan tersebut, AGTI dan Kemenaker membahas berbagai langkah strategis untuk memperkuat daya saing industri tekstil dan garmen. Salah satu fokus utama adalah peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui program magang industri dan penyusunan kurikulum berbasis kompetensi nasional.
“Program magang dari Kemenaker harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kuotanya mencapai 15 persen dari total karyawan di setiap perusahaan. Ini peluang besar untuk mencetak tenaga kerja siap pakai yang sesuai kebutuhan industri,” jelas Anne.
Selain itu, kurikulum berbasis kompetensi disusun secara kolaboratif antara dunia industri, akademisi, dan pemerintah, sehingga tenaga kerja yang dihasilkan mampu beradaptasi dengan teknologi baru dan memiliki daya saing tinggi di pasar global.
Productivity Center dan Peningkatan SDM
AGTI juga mendorong pembentukan Productivity Center di sejumlah Balai Latihan Kerja (BLK) seperti di Serang, Bekasi, Solo, Bandung, dan Semarang. Fasilitas ini akan menjadi pusat peningkatan keterampilan dan efisiensi tenaga kerja, khususnya di sektor tekstil dan garmen.
Langkah ini diharapkan bisa mencetak tenaga kerja yang lebih profesional dan siap menghadapi tuntutan industri modern. Selain pengembangan SDM, AGTI menekankan pentingnya penyederhanaan proses perizinan dan pemangkasan biaya regulasi yang terkait dengan Kemenaker, Kemendag, Kemenperin, dan Kementerian Lingkungan Hidup.
Optimisme Industri Tekstil Indonesia di Pasar Global
Anne menegaskan, berbagai upaya ini diperlukan untuk memperkuat ekosistem industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) agar lebih efisien dan kompetitif, khususnya menghadapi implementasi berbagai perjanjian dagang internasional.
“Dalam rangka meningkatkan daya saing seiring dengan berbagai perjanjian dagang multilateral dan bilateral yang sudah atau akan efektif, seperti EU–Indonesia FTA dan Indonesia–Canada CEPA, kami sangat optimistis terhadap masa depan industri ini,” kata Anne.
Dengan adanya strategi penguatan SDM, inovasi kurikulum, dan efisiensi regulasi, industri tekstil Indonesia diharapkan tetap tumbuh dan membuka lapangan kerja baru, sekaligus menjaga posisi kompetitif di pasar global.
Industri Tekstil dan Garmen Indonesia Tetap Solid
Kesimpulannya, sektor tekstil dan garmen Indonesia tetap stabil dan berkembang, meski menghadapi berbagai tantangan global. Tidak adanya PHK, dibukanya pabrik baru, serta penambahan kapasitas produksi menegaskan ketahanan industri ini. Dukungan Kemenaker, kolaborasi dengan akademisi, serta strategi peningkatan kompetensi tenaga kerja menjadi kunci keberhasilan dan keberlanjutan industri di masa depan.