Teknologi Digital Jadi Penyelamat Industri Tambang, Cegah Kerugian Rp150 Miliar per Hari

Jumat, 07 November 2025 | 08:59:00 WIB
Teknologi Digital Jadi Penyelamat Industri Tambang, Cegah Kerugian Rp150 Miliar per Hari

JAKARTA - Kemajuan teknologi kini menjadi faktor penentu dalam menjaga keberlanjutan dan efisiensi industri pertambangan di Indonesia. Dua perusahaan besar, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) dan PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD), menegaskan pentingnya peran teknologi dalam menekan risiko kerugian besar akibat kecelakaan maupun gangguan operasional.

Chief Digital & Technology Officer GEMS, Risetiawan Dimas Sutejo, menyebut penerapan teknologi di sektor tambang tidak hanya soal digitalisasi proses, melainkan investasi strategis untuk menyelamatkan produktivitas. Ia menegaskan bahwa teknologi telah menjadi pilar utama dalam menciptakan sistem pertambangan yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan.

Tiga Pilar Utama Keberhasilan Investasi Teknologi

Menurut Dimas, terdapat tiga pilar utama yang menjadi tolok ukur keberhasilan penerapan teknologi di sektor pertambangan, yakni keamanan (safety), operasional (operation), dan keberlanjutan (sustainability). Ketiga aspek ini harus berjalan seimbang agar investasi teknologi benar-benar memberikan dampak maksimal bagi perusahaan.

Ia menjelaskan bahwa teknologi yang baik harus mampu meningkatkan keselamatan pekerja tambang, menekan biaya operasional, dan memastikan aktivitas perusahaan berjalan dalam kerangka keberlanjutan lingkungan. “Jika tiga hal ini terpenuhi, barulah pemanfaatan teknologi bisa dikatakan efektif,” ujar Dimas dalam acara iCIO Award 2025.

Dimas menambahkan, dalam penerapan teknologi, analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis) memang penting, tetapi jangan sampai menjadi penghambat inovasi. Menurutnya, terlalu ketat dalam perhitungan biaya justru membuat banyak gagasan inovatif tidak bisa diwujudkan.

Cegah Kerugian Besar hingga Ratusan Miliar Rupiah

Penerapan sistem digital dan kecerdasan buatan kini mulai diintegrasikan dalam operasional tambang batu bara milik GEMS. Salah satu contohnya adalah penggunaan CCTV analitik dan computer vision untuk mengawasi area kerja dan mengidentifikasi potensi bahaya lebih cepat.

Manfaat teknologi tersebut terasa signifikan karena mampu mencegah kecelakaan fatal yang bisa menyebabkan penghentian operasi tambang. Dimas menjelaskan, satu hari penghentian aktivitas tambang akibat insiden bisa mengakibatkan kerugian hingga Rp150 miliar. “Di tambang batu bara kalau ada insiden satu hari, maka akan berhenti operasinya. Itu loss money-nya sangat besar, sekitar Rp150 miliar,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa investasi pada teknologi keselamatan bukanlah beban, melainkan upaya penyelamatan aset dan produktivitas perusahaan. Selain mencegah potensi kerugian besar, sistem otomatisasi juga membantu perusahaan menjaga reputasi dan keberlanjutan jangka panjang.

Strategi GEMS Menghadapi Ketidakpastian Global

Dimas juga menyampaikan bahwa tahun depan GEMS tetap berkomitmen untuk melanjutkan investasi teknologi, meski kondisi global masih penuh ketidakpastian. Harga komoditas yang fluktuatif menjadi tantangan tersendiri bagi industri batu bara, namun pengelolaan biaya operasional dapat dioptimalkan melalui teknologi digital.

Dengan sistem monitoring real-time dan data analytics, perusahaan bisa menekan biaya produksi serta meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan sumber daya. “Kondisi global membuat harga komoditas sulit dikontrol, tetapi biaya operasional bisa dikelola lebih terukur dengan bantuan teknologi,” ujarnya.

Penerapan sistem berbasis data ini juga membantu perusahaan merancang strategi bisnis yang lebih adaptif terhadap perubahan pasar. Dengan demikian, teknologi tidak hanya menjadi alat bantu operasional, tetapi juga fondasi dalam pengambilan keputusan strategis.

Teknologi Sebagai Alat Transformasi Bisnis di Sektor Pangan

Sementara itu, Operation Director PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD), Soerjo Winarto, menyoroti pentingnya teknologi dalam transformasi bisnis sektor agribisnis dan pangan. Menurutnya, manfaat teknologi tidak selalu bisa diukur dalam bentuk angka finansial, tetapi juga melalui dampak tak berwujud (intangible benefits) seperti peningkatan kecepatan dan akurasi informasi.

Sebagai contoh, SIPD menerapkan sistem dashboard digital untuk pelaporan operasional harian. Teknologi ini membuat proses pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan efisien. “Kecepatan informasi yang didapat dari teknologi membuat keputusan diambil lebih cepat,” kata Soerjo.

Meskipun tidak selalu menghasilkan penghematan langsung, sistem digital semacam ini memperkuat daya saing perusahaan dalam menghadapi persaingan global. Dengan proses yang lebih cepat dan akurat, manajemen dapat merespons perubahan pasar dengan lebih sigap.

Tantangan Anggaran dan Solusi Teknologi yang Lebih Murah

Dalam hal rencana investasi tahun depan, Soerjo mengakui adanya keterbatasan anggaran yang masih menjadi tantangan utama. Meski demikian, ia optimistis bahwa kemajuan teknologi modern membuka peluang baru untuk melakukan efisiensi biaya melalui solusi berbasis open source dan cloud computing.

Dengan sistem cloud, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk membangun server fisik. Hal ini membuat inovasi bisa dijalankan lebih cepat dan fleksibel. “Contoh simulasi prototyping dengan Google Cloud yang hanya memerlukan biaya Rp3 juta per bulan, memungkinkan inisiatif cepat tanpa investasi besar di server,” jelas Soerjo.

Ia menambahkan bahwa tren teknologi saat ini semakin mengarah pada efisiensi biaya dan fleksibilitas tinggi. Karena itu, perusahaan harus adaptif dan berani mengambil langkah digital untuk mempertahankan daya saing.

Sinergi Teknologi dan SDM Jadi Kunci Sukses Transformasi Digital

Baik GEMS maupun SIPD sepakat bahwa teknologi tidak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan sumber daya manusia yang siap beradaptasi. Oleh karena itu, kedua perusahaan terus mendorong pelatihan dan pengembangan kompetensi digital bagi para karyawan.

Transformasi digital di perusahaan tambang dan agribisnis tidak hanya menuntut investasi pada perangkat keras dan lunak, tetapi juga perubahan budaya kerja. SDM yang melek teknologi akan menjadi katalis utama agar sistem digital dapat berjalan optimal.

Selain itu, GEMS dan SIPD juga berkomitmen menjaga keamanan data dan integritas sistem digital, terutama dalam menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks. Kedua perusahaan percaya, penguatan sistem keamanan siber merupakan bagian penting dari strategi digitalisasi jangka panjang.

Teknologi sebagai Masa Depan Industri Nasional

Penerapan teknologi digital terbukti memberikan dampak nyata bagi sektor industri, baik pertambangan maupun agribisnis. Dengan sistem yang lebih cerdas dan efisien, perusahaan dapat menekan risiko, meningkatkan produktivitas, dan menjaga keberlanjutan bisnis.

Bagi GEMS, inovasi teknologi berarti perlindungan terhadap aset dan tenaga kerja, sementara bagi SIPD, digitalisasi menjadi fondasi percepatan pengambilan keputusan di tengah dinamika pasar. Keduanya menunjukkan bahwa teknologi bukan hanya alat bantu, tetapi strategi inti dalam membangun industri masa depan.

Dengan terus berinovasi dan memperkuat investasi digital, perusahaan Indonesia diharapkan mampu bersaing di tingkat global. Transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk menjaga daya saing dan keberlanjutan ekonomi nasional di era modern.

Terkini

Kebijakan Energi Terbarukan di Indonesia Dinilai Tepat

Jumat, 07 November 2025 | 14:14:43 WIB

Harga Minyak Naik, Kekhawatiran Kelebihan Pasokan Mereda

Jumat, 07 November 2025 | 14:14:39 WIB

Harga BBM Non-Subsidi Pertamina Naik Mulai 1 November

Jumat, 07 November 2025 | 14:14:33 WIB