Resep Kue Putu Bambu, Camilan Manis yang Menghadirkan Nostalgia Masa Kecil
- Jumat, 07 November 2025
JAKARTA - Di setiap sudut kota atau desa, aroma manis kue putu kerap memanggil perhatian siapa saja yang lewat.
Camilan tradisional ini bukan hanya menggoda lidah dengan gula jawa dan kelapa parutnya, tetapi juga menghadirkan sensasi nostalgia lewat bunyi desisan pengukus yang khas.
Anak-anak berlarian mengejar abang penjual putu, sementara orang dewasa mengenangnya sebagai momen hangat masa kecil. Kue putu bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari budaya yang hidup di gerobak kaki lima, pasar tradisional, dan dapur rumah tangga.
Baca JugaTeh Daun Alpukat Memberikan 7 Manfaat Antioksidan dan Kulit Sehat
Lebih dari rasa, kue ini menyimpan cerita yang menautkan generasi, menjadi pengingat kekayaan kuliner lokal yang tetap relevan di tengah modernisasi.
Sejarah Kue Putu: Dari Tiongkok ke Indonesia
Menurut jurnal Nostalgia Rasa: Mengulang Manisnya Kenangan Analogi Kue Putu dalam Busana Feminim Romantic oleh Desak Nyoman Yunika Dewi, I Made Radiawan, dan Ni Kadek Yuni Diantari, kue putu merupakan salah satu jajanan tradisional Indonesia yang telah berkembang sejak lama.
Awal mula kue ini dapat ditelusuri hingga masa Dinasti Ming (1368–1644) di Tiongkok, dikenal dengan nama Xianroe Xiao, yang berarti kue dari tepung beras berisi kacang hijau. Cara memasaknya unik, dicetak menggunakan bambu dan dikukus hingga matang.
Perkembangan kue putu di Indonesia tercatat pada tahun 1814 di Kerajaan Mataram, sebagaimana tertulis dalam naskah Serat Chentini. Dalam naskah tersebut, kata “putu” muncul ketika Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyiapkan hidangan pagi. Sejak saat itu, kue putu menjadi populer di masyarakat, dikenal dengan cita rasa lembut, manis, dan harum.
Resep Kue Putu: Buatan Rumah yang Autentik
Kue putu tradisional terbuat dari tepung beras, gula jawa, dan daun pandan untuk aroma. Cara tradisional menempatkan adonan dalam cetakan bambu kecil lalu dikukus, menghasilkan tekstur khas butiran tepung yang lembut. Para penjual sering menjajakan putu pada sore hingga malam hari, sementara bunyi pengukusnya menjadi semacam “iklan berjalan” yang mudah dikenal.
Bahan-bahan
200 gram tepung beras
50 gram gula merah, serut halus
1/4 sendok teh garam
150 ml air hangat
Kelapa parut secukupnya (kukus sebentar)
Daun pandan untuk aroma (opsional)
Alat
Cetakan kue putu (bambu atau logam)
Panci kukus
Cara Membuat
Siapkan kukusan, panaskan air hingga menghasilkan uap cukup untuk mengukus.
Ayak tepung beras, campur dengan garam hingga merata.
Siapkan cetakan, beri sedikit kelapa parut di dasar cetakan.
Masukkan gula merah serut di tengah cetakan.
Tutupi gula dengan tepung beras hingga hampir penuh.
Kukus selama 10–15 menit hingga matang.
Angkat, keluarkan dari cetakan, taburi kelapa parut di atasnya jika suka, dan nikmati selagi hangat.
Ragam Varian Kue Putu
Selain putu bambu, terdapat varian lain seperti putu ayu, putu mayang, dan regional putu bugis, yang menggunakan ketan hitam sehingga berwarna gelap. Setiap varian memiliki cara penyajian dan waktu jual berbeda. Misalnya, putu bugis dijual pagi sebagai sarapan, sementara putu bambu lebih populer sebagai camilan sore hingga malam.
Suara Khas dan Budaya Jalanan
Selain rasanya yang manis, kue putu dikenal melalui suara khas pengukusnya. Bunyi desis uap yang muncul saat dijajakan di gerobak kaki lima menjadi “tanda” tersendiri bagi anak-anak maupun orang dewasa yang mengenang masa kecil.
Kue kecil ini menjadi penghubung antar-generasi, dari anak-anak yang mengejar abang putu bersepeda hingga orang dewasa yang mengenang masa kecilnya lewat gigitan gula jawa hangat. Keberadaan kue putu juga mendukung mata pencaharian tradisional, sekaligus menjaga keberagaman kuliner lokal dari arus modernisasi dan persaingan makanan cepat saji.
Kue Putu: Praktis dan Ramah Kantong
Selain memiliki nilai sejarah dan budaya, kue putu juga praktis untuk berbagai kebutuhan. Camilan ini tetap relevan sebagai hidangan harian, oleh-oleh wisata, atau bahan diskusi kuliner bagi pelaku wisata yang ingin menyajikan pengalaman autentik. Harganya yang ramah di kantong membuatnya mudah dinikmati semua kalangan.
Tradisi dan Pengalaman Kuliner
Mencicipi kue putu lebih dari sekadar makan camilan manis. Di balik desisan uap kukusan, tersimpan cerita panjang tentang tradisi kuliner Nusantara, kenangan masa kecil, dan kreativitas masyarakat dalam mempertahankan jajanan klasik di tengah modernisasi.
Bila sedang berjalan sore, cobalah mendengar bunyi khas pengukus. Di balik suara sederhana itu, ada rasa manis yang mengikat kenangan, aroma pandan yang menenangkan, dan kue kecil yang menghadirkan kebahagiaan sederhana.
Kue putu adalah bukti bahwa makanan tradisional mampu melintasi waktu. Dari awal mula di Tiongkok hingga menjadi camilan legendaris di Indonesia, kue ini tetap memikat berbagai generasi. Membuatnya sendiri di rumah atau membeli dari penjual lokal bukan hanya soal rasa, tetapi juga bentuk apresiasi terhadap warisan kuliner Nusantara.
Dengan tekstur lembut, manisnya gula jawa, dan aroma pandan yang khas, kue putu menghadirkan kenangan manis dan budaya yang tak lekang oleh waktu. Kecil, sederhana, tetapi maknanya besar itulah kue putu, jajanan Nusantara yang tetap relevan hingga kini.
Sindi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Update Terbaru Jadwal Kapal Pelni Rute Kumai Surabaya November 2025
- Jumat, 07 November 2025
Jadwal KA Prameks Jogja-Kutoarjo Jumat 7 November 2025 Terbaru Hari Ini
- Jumat, 07 November 2025
Berita Lainnya
Kuliner Bandung: 6 Tempat Cuanki Populer Dekat Stasiun yang Harus Dicoba
- Jumat, 07 November 2025
Terpopuler
1.
2.
Proyek DME Jadi Pilar Strategi Substitusi LPG Nasional Segera
- 07 November 2025
3.
BNI Perkuat Pembiayaan UMKM Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
- 07 November 2025
4.
Apindo Inginkan Upah Minimum 2026 Sesuai Produktivitas Industri
- 07 November 2025
5.
Wamendag Roro Dorong IEU-CEPA Tingkatkan Daya Saing Indonesia
- 07 November 2025












